Saturday, April 11, 2009

Pilatus... Pilatus... [Cara Ngeles paling ampuh...]

Pertama-tama gue ngucapin selamat paskah deh buat semua orang dan temen-temen FB, yang dengan setia "mensupport" catetan orang "ndeso" yang masih belajar ini.. yuk ah lanjut...

Matius 27:11-26

Siapakah Pilatus ? Siapakah Yesus ? Mereka bisa dikatakan sama-sama sebagai raja tetapi terdapat beda kualitas yaitu Yesus adalah Raja yang rela turun untuk melayani berbeda dengan Pilatus sebagai raja yang berbuat apa saja untuk menguasai.

Inilah perbedaan ilahi yang mendasar antara mereka, Yesus adalah Allah yang justru rela turun untuk melayani untuk kepentingan orang lain sedangkan manusia berusaha naik tahta demi kepentingan sendiri untuk menguasai orang lain. Jika para pemimpin rohani tidak rela turun untuk melayani maka mereka gagal melakukan aplikasi sebagai seorang pemimpin sejati. Pilatus termakan oleh gosip yang dijatuhkan kepada Yesus dimana ia melihat Yesus sebagai kriminal, penjahat dan layak dihukum.

Gosip maupun rumor boleh beredar tapi bukan berarti kita harus menanggapi karena gosip maupun rumor yang salah tidak layak ditanggapi. Kita tahu itu gosip tidak benar tapi kita lebih suka "mengkonsumsi" dan mendengarkan gosip dari satu pihak saja tanpa mengklarifikasikannya terlebih dahulu.

Istilah “ No Comment “ seringkali kita pakai dalam vocabulary kita. No Comment seringkali kita pakai untuk menyembunyikan sesuatu padahal No Comment, sebuah statement yang menyatakan bahwa hal itu tidak perlu dikomentari lagi. Yesus tidak memberikan komentar terhadap gosip tetapi Yesus hanya memberikan komentar terhadap Kebenaran.

Saat pemimpin agama dan tua-tua Yahudi menganggap Yesus sebagai kriminal, Pilatus memberikan kesempatan kepada rakyat untuk bersuara dan apa yang harus saya lakukan terhadap Yesus ? Apakah suara rakyat pasti benar ? Dalam Filsafat Romawi Kuno, ada sebuah kalimat “ VOX POPULI VOX DEI “ yaitu “ SUARA RAKYAT ADALAH SUARA ALLAH “.

Benarkah ? suara rakyat pasti adalah suara Allah ? Justru suara masyarakat banyak tidak menyelesaikan masalah malah menghancurkan pemerintahan maupun rakyat. Pilatus mengadopsi filsafat Romawi maka ia melegalkan suara masyarakat mengambil keputusan buat Yesus. Suara rakyat justru liar karena rakyat adalah manusia yang memiliki kecatatan dalam keberdosaan mereka, kecatatan dalam beretika, cara pikir, moral. Maka suara rakyat adalah suara Allah ? Itu tidak benar ! Justru realita menunjukkan betapa suara rakyat telah memperkosa kebenaran itu sendiri.

Pilatus sebenarnya mau membebaskan Yesus karena Ia tidak menemukan kesalahan apapun dalam diri-Nya tetapi bagaimana caranya ? Maka Pilatus memakai sebuah tradisi hari raya untuk membebaskan salah seorang kriminal dan rakyat yang memilihnya. Hal ini ia lakukan untuk menghindari kesalahan yang mungkin dilakukannya dan berakibat ia tidak mendapatkan dukungan dari massa.

Bukankah Yesus punya etika dan moral baik sedangkan Barabas punya etika moral yang buruk ? Dalam benak Pilatus, Yesus pasti dibebaskan. Tetapi realita, suara rakyat justru mengagetkan Pilatus yaitu Bebaskan Barabas.

Bagaimana dengan kita jika kita berada disana ? Orang yang tidak mau belajar dan tidak tahu konteks pasti maunya ikutan-ikutan, kata “ Salibkan Dia “ keluar dari mulut seorang pemimpin agama yang bidat.

Hanya orang mau belajar dan tahu konteks barulah orang yang mengetahui benar bahwa Barabaslah yang semestinya dihukum. Mengikuti trend tidak salah tetapi bagaimana kita mengklarifikasi trend itu sendiri. Jangan-jangan kita mengikuti trend seperti suara rakyat yang mendengar sebuah order “ salibkan dia “ maka mereka berespon dengan satu suara seperti sebuah orkestra dan paduan suara yang dipimpin oleh pemimpin agama sebagai konduktornya.

Inilah suara rakyat yang tercatat di dalam sejarah. Suara rakyat jika tidak takut kepada Tuhan maka suara rakyat jadi suara Setan ! Itulah realita. Setan bukan dari keluar mempengaruhi ke dalam tapi dari dalam keluar !

Pilatus tahu Yesus orang benar dan Barabas orang jahat tetapi ia terjebak oleh filsafatnya sendiri “ VOX POPULI VOX DEI “. Mana yang mesti diperjuangkan ? Kebenaran atau Filsafat Manusia ?Maksud pilatus untuk ngeles alias menghindar dari kesalahan ternyata membuat Pilatus dipermainkan oleh filsafatnya sendiri, menghancurkan dirinya sendiri dan mengoncangkan dirinya sendiri.

Orang yang punya wewenang, merasa pintar dan mampu, berkuasa jangan-jangan orang yang dipermainkan oleh sistemnya sendiri, kekreatifan sendiri, filsafatnya sendiri ! Akhirnya, Pilatus membiarkan Kebenaran disalibkan dan Kejahatan dibebaskan !

Apa gunanya engkau berkuasa tetapi engkau tidak memakai kuasa untuk menyatakan Kebenaran ? Apakah orang beragama berani memperjuangkan kebenaran? Kalau iya kebenaran macam apa? Kebenaran dari sudut pandangnya sendiri atau dari sudut pandang Allah yang Esa?

Suara Allah yang semestinya mempengaruhi masyarakat, itu posisi benar ! Sebagai orang beragama, kita harus punya iman, kebenaran dan keberanian. Iman diberikan oleh Tuhan kepada manusia untuk memimpin hidup kita baik pikiran , hati dan sikap sebagai orang beriman.

Mungkin kita bertanya teladan iman yang bagaimana menjadikan seseorang pemimpin? Yesus adalah seorang pemimpin yang rela turun melayani ke bawah dan mengajarkan kebenaran yang membangunkan hidup manusia dan bangkit dari kematian untuk memberikan Pengharapan kepada kita yaitu Sorga, tempat mulia dan baka.

Setiakah engkau kepada Kebenaran atau menyukai Kepalsuan ?

Masih merenung dan belajar... Gusti mberkati...

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home