Friday, September 18, 2009

Who Am I @ My Community?

Hal yang paling sulit dalam melakukan sesuatu adalah ketika kita baru mau memulai hal itu. Kalo dipikir-pikir hal itu ada benernya juga, misalnya dalam kehidupan gua, sulit banget untuk melakukan perubahan. Ketika gua mau komit ikut Tuhan, rasanya berat banget untuk ninggalin kebiasaan-kebiasaan yang dulu sering gua lakukan.

Contohnya, kalo pagi-pagi gua suka nunda waktu buat bangun en berangkat kuliah sampe pernah kesiangan 5 kali dalam seminggu, sekarang gua harus berusaha bangun pagi nyediain waktu buat sate en doa pagi. Gua sendiri belum bener-bener bisa buat perubahan yang gua ingini itu jadi nyata, tapi gua trus belajar untuk melakukan perubahan itu.

Pada awalnya mungkin sulit, tapi nantinya toh kita akan terbiasa. Kan ada pepatah mengatakan “pertama, kita membentuk kebiasaan-kebiasaan, setelah itu, kebiasaan-kebiasaaan yang akan membentuk kita”. Apakah kita termasuk dalam orang-orang yang berpikiran seperti ini atau kita punya pemikiran sendiri?

Tidak hanya dalam kehidupan pribadi, begitu juga dalam memulai suatu komunitas, bukan merupakan hal yang mudah dilakukan. Kenapa? Karena didalam suatu komunitas itu terdiri dari berbagai macam karakter, visi, dan pandangan yang berbeda-beda. Terkadang dalam suatu komunitas ada aja kesalahpahaman yang terjadi, merasa enggak pernah dipeduliin dari komunitas itu, enggak ikut dilibatkan, enggak berguna sampe merasa bukan bagian dari suatu komunitas.

Ada juga yang memiliki tujuan yang berbeda, benar salah yang relatif menurut pandangan kita sbagai manusia, atau perlakuan yang diterima dari anggota lain yang tidak seperti yang kita harapkan membuat kita tidak menikmati kebersamaan dalam komunitas tersebut.

Untuk menyatukan smua perbedaan itu harus ada suatu ikatan yang kuat antar masing-masing anggotanya, seperti kita yang tadinya bersifat individualis harus berusaha mengenal, berbagi, memiliki pengertian satu terhadap yang lain, ada kepedulian (enggak cuek-cuek aja), menghargai, ada rasa empati, kebersamaan, dan masih banyak lagi… dan semua itu enggak akan berarti kalo enggak ada kasih Kristus yang bekerja.

Kali ini, yang akan dibahas bukan bagaimana kita membentuk suatu komunitas yang baik, tetapi bagaimana kita sebagai individu dapat berperan dengan baik dalam suatu komunitas. Pernah enggak kita berpikir siapakah kita dalam komunitas yang kita miliki? apa sich yang dah kita brikan, bukan cuma buat komunitas ini, tapi juga buat Tuhan? Atau apa kita sudah ambil bagian untuk pelayanan dalam komunitas ini? Mungkin sudah banyak yang berperan, mungkin ada yang memiliki panggilan tapi blum dilakukan atau ada yang hanya diam menunggu adanya instruksi dari yang lebih berwenang? (polisi kali ye!).

Tapi, satu hal yang pasti, jangan pernah berpikir dalam suatu komunitas harus dibedakan antara pemimpin dan pengikut. Percayalah, bahwa kita semua dalam komunitas ini adalah seorang pemimpin, karena kita adalah orang-orang yang dipilih Tuhan untuk merubah dunia ini lewat persahabatan dan pembentukan karakter. So, kalo diantara kita ada yang dah telanjur berpikir bahwa dalam komunitas ini kita cuma pengikut aja, ubahlah cara pandang kamu!!! Why? Karena kita adalah apa yang kita pikirkan.

Percaya enggak? Ketika kamu berpikir bahwa kamu adalah seorang penakut, pendiam, tidak bisa melakukan apa-apa, otomatis kamu akan tersugesti dan melakukan apa yang seperti kamu pikirkan. Dan selamanya kamu akan menjadi apa yang kamu pikirkan…. enggak mau kan sperti itu, trus harus gimana donk??? Ubah cara berpikir kamu…!!!

Merubah apa yang kita pikirkan termasuk dalam merubah konsep yang ada pada diri kita. Sering kali kita merasa enggak percaya diri, enggak memiliki kemampuan apa-apa bahkan sampe merasa enggak berharga. Kenapa bisa seperti itu?? karena konsep diri yang ada pada diri yang ada pada diri kita sangat jauh berbeda dengan apa yang kita harapkan.

Apa sich konsep diri itu? konsep diri itu bagaimana cara kita menilai diri kita, misalnya seorang cwe cantik yang kita bayangin adalah yang imut, hidungnya mancung, putih, rambut panjang, mukanya charming or enggak bosen dilihat, ya pokokna kayak boneka barbie dech, atau seorang dikatakan pintar apabila dia jago ngomongnya, IP nya cum laude, atau bisa beragumentasi dengan baik sampe dosen pun kalah kalo lagi adu debat , tapi mungkin standar cantik en pintar itu belum atau enggak ada di kita, makanya kita jadi minder en merasa enggak berharga. Dari rasa enggak percaya diri itu, akhirnya terbawa dalam pergaulan dan komunitas, kita jadi orang yang tertutup, pendiam enggak mau berosialisasi, en bisa aja dari rasa enggak percaya diri, kita merasa nyaman kalo cuma jadi pengikut doank…!! duh,,, sayang banget deh kalo begitu!!!!

Jadi bagaimana kita bisa berperan dalam komunitas bergantung pada apa yang kita pikirkan. Berpikirlah kalo kita semua adalah pemimpin, maka kita akan mulai dapat memberikan kontribusi bagi komunitas ini, juga buat pekerjaan Tuhan, baik dalam hal perubahan pribadi maupun dalam komunitas, mungkin kita yang tadinya tidak mau menyampaikan ide karena takut, malu ataupun merasa ide-idenya biasa aja menjadi berani untuk mengungkapkannya.

Atau yang tadinya kita merasa enggak memiliki kemampuan untuk menulis buletin, jadi termotivasi dan mencoba untuk ikut menulis. Juga yang enggak biasa buat berbicara didepan umum jadi bisa melakukannya. Intinya, jangan pernah lupa kalo kita berharga dimata Tuhan. Ia memberi potensi dan kuasa yang yang tidak terbatas buat kita, asalkan kita percaya kepadaNya. Kalo kita enggak percaya pada kemampuan kita, berarti kita masih meragukan anugrah yang Tuhan beri untuk kita.

Jadi jangan batasi potensi dan kuasa yang tlah diberikanNya dengan rasa takut, enggak percaya diri dan malu sehingga kita menjadi orang yang biasa-biasa aja. tetapi ubahlah cara berpikir kita dan jadilah orang yang luar biasa, yang berbeda dari dunia dan berani nyatakan kehendakNya dalam hidup kita dan dalam komunitas yang kita miliki.

Percaya bahwa segala sesuatu yang akan kita hadapi blum tentu sesulit yang kita pikirkan karena kita punya Allah yang turut bekerja. Jadi jangan membuat rumit situasi apapun dengan pikiran-pikiran yang negatif, tetapi ubahlah jadi hal positif dan membangun. Just keep it simple….

Memang benar sulit untuk berubah, tapi bisa atau tidak kita berubah bergantung pada kemauan dan pikiran yang mengawalinya. Awalnya memang perubahan akan membawa kita pada kondisi rasa sakit atau keadaan yang tidak nyaman. Tapi smua kembali pada pilihan kita, apakah kita mau trus hidup seperti ulat atau kita mau mengalami metamorfosis yang pada akhirnya berubah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik….

Many Thanks To Yuvita.. :D

Wednesday, August 26, 2009

Optimis? Halah...

Jaman sekarang bukannya tambah gampang lho malah tambah susah, dulu waktu kecil.. kehidupan serba mudah, ndak ada komputer, playstation sampai facebook. Kalau malam menjelang seusai maghrib, kehidupan sebagai anak-anak yang tinggal di kampung dimulai dengan petak umpet, ketengan, buat balon dari kertas koran sampai balapan dengan mobil-mobilan bambu dengan roda sandal jepit bekas.

Jaman sekarang banyak orang ngangloh cari makan, kerjaan sampai uang susah. Tapi banyak juga orang menjual kesusahan untuk mendapatkan keuntungan. Berapa banyak anak-anak dibawah umur "dikaryakan" di pinggir-pinggir jalan oleh orang tuanya, malah kemaren saia lihat di salah satu toko stationery terbesar di makssar juga memperkerjakan anak bau kencur untuk berjaga di penitipan barang.

Dan rupanya menjual kesusahan tidak dimonopoli orang-orang yang kurang mampu, banyak juga makelar berdasi yang duduk enak di ruang ber-AC, datang, tanda tangan, tidur dan saat selesai rapat teriak setuju. Ada juga dengan dalih seminar motivasi dan EQ sampai E*k.. yang hasilnya itu biasanya bertahan beberapa hari saja, trus kembali lagi ke kehidupan awal. :hammer:

Mungkin sudah bagian dari kehidupan. bahwa tidak semua orang bisa dan mau sukses. karena sukses itu perlu komitmen teguh dan visi yang jelas. kalo kita tidak berkomitmen, maka di training apa dan oleh siapa juga tidak akan berhasil. Jadi pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa punya komitmen tinggi? Katanya sih, kita harus tahu “alasan kuat” kita melakukan sesuatu. Alasan kuat itulah yang nantinya akan selalu jadi motivator saat kita mulai tidak bergairah. [Bahasanya seorang ahli motivasi yang pernah nggedebus sama saia, tapi kehidupan keluarganya morat-marit ndak karuan]

Optimis itu niscaya. Pola pikir dan cara pandang memang harus dirombak. Bahkan cara kita menggunakan kata-kata pun musti dicermati. Penggunaan kata-kata yang tidak positif membuat kita tidak optimis. Biasakan gunakan kata dan kalimat yang bernada positif agar hidup kita selalu optimis. Hidup penuh dengan dinamika. Masih sangat banyak hal yang bisa kita buat untuk jadi lebih baik. Pertanyaannya adalah kita mau atau tidak?

Daripada bertanya “kenapa ini semua terjadi?” jauh lebih manfaat bertanya “apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki hal ini?” Tapi kenyataannya di lapangan alih-alih optimis, rasa saling percaya antar sesama saja susah sekali diwujudkan..

Masih pening mikir antara optimisme hidup dan memaki-maki negara sebelah yang nggak punya otak dan mulai ngelunjak di forum-forum...